Senin, 23 Mei 2011

PROSEDUR PENATALAKSANAAN PRE-EKLAMPSIA BERAT (Tag: PEB, Pre Eklamsia, Maldaptation syndrome, Hipertensi dalam kehamilan, hamil dengan hipertensi)

A. Definisi
BATASAN
Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi >= 160/110 disertai protein urine dan atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

PATOFISIOLOGI
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu
"Maldaptation syndrome" dengan akibat suatu vasospasme general dengan segala
akibat-akibatnya.

GEJALA KLINIS
Kehamilan 20 minggu atau lebih dengan tanda:
1. Desakan darah systole >= 160 mmHg
diastole .>= 110 mm Hg
desakan darah ini tidak menurun meski ibu hamil sudah dirawat inap di rumah sakit dan menjalani tirah baring.
2. Proteinuria >= 5 gram/24 jam atau kwalitatif 4+ (++++)
3. Oliguria. Jumlah produksi urine <= 500 cc/24 jam atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah. 4. Adanya gejala-gejala impending eklampsia : gangguan visus, gangguan serebral, nyeri epigastrium, hiperrefleksia. 5. Adanya Sindroma HELLP ( H : Hemolysis , EL : Elevated Liver Enzymes, LP : Low Platelet Count ) 6. Edema pada : pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah/tangan. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS 1. Kehamilan 20 minggu atau lebi 2 . Didapatkan satu atau lebih gejala-gejala pre-eklamsia berat (Gejala klinis) DIAGNOSIS BANDING 1. Kronik hipertensi dan kehamilan 2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik 3. Kehamilan dengan payah jantung. B.PROSEDUR Perawatan konservatif 1. Indikasi Pada kehamilan <> = 180 mmHg atau diastole > = 110 mm Hg

2. Pengobatan
a. Di kamar bersalin (selama 24 jam)
1. Tirah baring
2. Infus RL (Ringer Laktat) yang mengandung 5% dekstrosa, 60-125 cc/jam,
3. 10 gr MgS04 50% i.m. sebagai dosis awal diulangi dengan dosis 5 gr MgSO4 50% i.m. setiap 6 jam, s/d 24 jam pascapersalinan (kalau tidak ada kontra indikasi pemberian MgS04 )
4. Diberikan anti hipertensi:
Yang digunakan:
Klonidin suntikan i.v. (1 ampul mengandung 0,15 mg/cc), tersedia di kamar bersalin, dilanjutkan tablet Nifedipin 3 x 10 mg (pilihan pertama) atau tablet Metildopa 3 x 250 mg)
Bila sistole > = 180 mmHg atau diastole > = 110 mm Hg digunakan injeksi 1 ampul Klonidin yang mengandung 0,15 mg/cc. Klonidin 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc lar.aquadest (untuk suntikan).
Disuntikan : mula-mula 5 cc i.v. perlahan-lahan selama 5 menit. 5 menit kemudian tekanan darah diukur, bila belum ada penurunan maka diberikan lagi sisanya 5 cc i.v. dalam 5 menit sampai tekanan darah diastole normal.

5. Dilakukan pemeriksaan lab. tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan produksi urine 24 jam.
6. konsultasi dengan spesialis Mata, Jantung atau yang lain sesuai indikasi.

b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di Ruang Bersalin
setelah 24 jam masuk ruangan bersalin)
1. Tirah baring
2. Obat-obatan:
- Roboransia: multivitamin
- Aspirin dosis rendah 1 x 87,5 mg per hari
- Antihipertensi (Klonidin 0,15 mg i.v. dilanjutkan Nifedipin 3 x 10 mg atau Metildopa 3 x 250 mg)
3.Pemeriksaan lab.:
- Hb, PCV dan hapusan darah tepi
- Asam urat darah
- Trombosit
- Fungsi ginjal/hepar
- Urine lengkap
- Produksi urine per 24 jam, penimbangan BB setiap hari
- Diusahakan pemeriksaan AT III
- Pemeriksaan Lab dapat diulangi sesuai dengan keperluan.
4. Diet tinggi protein, rendah karbohidrat
5. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin.

3. Perawatan konservatif dianggap gagal bila:
- Adanya tanda-tanda impending eklampsia
- Kenaikan progresif dari tekanan darah
- Adanya Sindrom Hellp
- Adanya kelainan fungsi ginjal
- Penilaian kesejahteraan janin jelek.

4. Penderita boleh pulang bila:
- Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda pre-eklamsia ringan, perawatan dilanjutkan sekurang-kurangnya selama 3 hari lagi (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu)
- Bila keadaan tetap, tidak bertambah berat/buruk

Catatan:
Sebagai pertimbangan : bila perawatan konservatif berhasil dan didapatkan
kematangan paru janin (Shake test + ) sebaiknya kehamilan diterminasi.

I. Perawatan aktif
1. Indikasi
1.1. Hasil penilaian kesejahteraan janin jelek
1.2. Adanya gejala-gejala impending eklamsia
1.3. Adanya Sindrom Hellp
1.4. Kehamilan aterm ( > 38 mg)
Apabila perawatan konservatif gagal (lihat I.3)

2. Pengobatan medisinal
2.1. Segera rawat inap
2.2. Tirah baring miring kesatu sisi
2.3. Infus RL yang mengandung 5% Dekstrosa dengan 60-125 cc/jam
2.4. Pemberian anti kejang: MgS04
Dosis awal:
MgSO4 20% 2 gr.i.v.
MgSO4 50% 10 gr i.m.
pada bokong kanan/kiri (masing-masing 5 gr)
Dosis ulangan:
MgSO4 50% 5 gr.i.m.diulangi tiap 6 jam setelah dosis awal s/d 6
jam pasca persalinan
Syarat pemberian:
- Refleks patela (+)
- respirasi > 16/menit
- urine sekurang-kurangnya 150 cc/6 jam
- harus selalu tersedia kalsium glukonas 1 gr 10%(diberikan i.v. pelan-pelan pada intoksikasi MgS04)
2.5. Antihipertensi dapat dipertimbangkan diberikan bila:
(Klonidin i.v. dilanjutkan Nifedipin 3 x 10 atau Metildopa 3 x 250
mg)
- systole > 180 mmHg
- diastole > 120 mmHg

3. Pengobatan obstetrik
3.1. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita
dilakukan pemeriksaan "Non Stres Test"

3.2. Tindakan seksio sesar dikerjakan bila:
- "Non Stres Test" jelek
- penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (Skor Bishop <> 5)

C. Referensi
1. Angsar M. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan” Simposium “ Era baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi”. Surabaya, 4 Agustus 1984.
2. Angsar M. Dikman. “Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan di Indonesia”. Sat Gas Gestosis POGI Edisi I, 1985.
3. Ferri T.F. “Toxemia and Hypertension” Medical Complication during pregnancy. WB Saunders & Co Philadelphia 1982.
4. H. Sumampouw, et al. Pre – Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Dr. Soetomo 1994 : 43 – 47.

ASKEB ABORTUS

A. PENGERTIAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).
Abortus atau keguguran dibagi menjadi
1. Berdasarkan kejadiannya
a. Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri
b. Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
• Indikasi medis
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim.
• Indikasi social
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.


2. Berdasarkan pelaksanaanya
• Abortus buatan teraupetik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas berdasarkan indikasi medis
• Abortus buatan illegal yang dilakukan tanpa dasar hokum atau melawan hokum (Abortus Kriminalis).
3. Berdasarkan gambaran klinis
• Keguguran lengkap (abortus kompletus), semua hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya.
• Keguguran tidak lengkap (abortus inkompletus), sebagian hasil konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat menimbulkan penyulit.
• Keguguran mengancam (abortus imminen), abortus ini baru dan masih ada harapan untuk dipertahankan.
• Keguguran tak terhalangi (abortus insipien), abortus ini suadah berlangsung dan tidak dapat dicegah atau dihalangi lagi.
• Keguguran habitualis, abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali.
• Keguguran dengan infeksi (abortus infeksiousus), keguguran yang disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis.
• Missed abortion, keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22, tetapi tertahan dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

B. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1. Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks
2. Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.
3. Pengaruh luar
• Infeksi endometrium
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi
• Faktor psikologis
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)

b. Kelainan plasenta
1. Infeksi pada plasenta
2. Gangguan pembuluh darah
3. Hipertensi
c. Penyakit ibu
1. Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis
2. Anemia
3. Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM
4. Kelainan rahim
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
2. Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan
3. Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.

DOWNLOAD Pathway Abortus
Klik DISINI

D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
1. Terdapat keterlambatan dating bulan
2. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
4. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif

Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
1. Perdarahan lebih banyak
2. Perut mules atau sakit lebih hebat
3. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba

Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
1. a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2. b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3. c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
4. d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

Tanda dan gejala abortus Kompletus :
1. Uterus telah mengecil
2. Perdarahan sedikit
3. Canalis servikalis telah tertutup

Tanda dan gejala Missed Abortion :
1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin
2. Buah dada mengecil kembali

E. DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tindakan :
• Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien
• Berikan informasi tentang abortus
• Yakinkan pasien tentang diagnosa
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Tujuan : infeksi dapat dicegah
Tindakan :
• Observasi perdarahan
• Observasi TTV
• Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic
• Kolaborasi pemberian obat antibiotik
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding endometrium dan jalan lahir
Tujuan : nyeri berkurang
Tindakan :
• Kaji skala nyeri
• Anjurkan pasien untuk bedrest total
• Berikan pasien posisi yang nyaman
• Kolaborasi pemberian obat analgetik
4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam
Tujuan : syok dapat dicegah

Tindakan :
Observasi perdarahanObservasi TTV
Anjurkan pasien untuk bedrest total
Kolaborasi pemberian obat anti koagulan

5. Berduka berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan
Tindakan :

Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan
Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar
Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog

Jumat, 06 Mei 2011

KESEHATAN REPRODUKSI "Gangguan Menstruasi (Hypermenorea)"

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Permasalahan yang berhubungan dengan haid seringkali membuat kita, para wanita, cemas. Apakah haid kita normal, perlu pengobatan, atau bahkan merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Untuk mengobati kecemasan ini, kita perlu sedikit mengenal seluk-beluk gangguan yang berhubungan dengan haid, atau tepatnya pendarahan pervaginam lainnya yang mungkin sedang kita alami.
Dalam siklus menstruasi terdapat lima gangguan menstruasi (haid) yang paling sering muncul, yaitu oligomenore (jangka waktu haid terlalu lama), polimenore (terlalu sering haid), hipermenorea (darah haid terlalu banyak), hipomenorea (darah haid terlalu sedikit), dan amenore (tidak haid sama sekali). Ada dua penyebab utama gangguan menstruasi (haid). Pertama, kelainan organ seperti mioma, kanker atau polip. Kedua, kelainan hormonal (faktor ketidakseimbangan hormon, yaitu terjadinya peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang dapat menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan). Dari kelima gangguan menstruasi (haid) diatas, ada yang berbahaya ada yang tidak berbahaya. Untuk itu dimakalah saya kali ini saya membahas tentang “Hiperminorea”.

2. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi.
2. Untuk mengetahui pengertian Menstruasi.
3. Untuk mengetahui Siklus menstruasi.
4. Untuk mengetahui Gangguan haid dan klasifikasinya.
5. Untuk mengetahui Pengertian Hipermenorea / Menoragia.
6. Untuk mengetahui Penyebab Hipermenorea / Menoragia.
7. Untuk mengetahui cara penanganan atau pengobatan Hipermenorea / Menoragia.
8. Untuk mengetahui Tindakan apa yang harus dilakukan oleh bidan.













BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004)
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).
B. Siklus Menstruasi
1) Gambaran klinis menstruasi
Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi – fase luteal – relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita (Grenspan, 1998).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Cunningham, 1995).
2) Aspek hormonal selama siklus menstruasi
Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah ;
a) Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :
o Luteinizing Hormon (LH)
o Folikel Stimulating Hormon (FSH)
o Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
b) Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
3) Fase-fase dalam siklus menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
a) Fase menstruasi atau deskuamasi
Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.
b) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
c) Fase intermenstum atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.
Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
o Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.
o Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
o Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
d) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
o Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan.
o Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi.
4) Mekanisme siklus menstruasi
Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 ng/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin pra-ovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45 mUI/ml.
Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23.
C. Gangguan haid terbagi menjadi dua macam
1. Gangguan ritme. Gangguan ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu: gangguan yang sering terjadi (polimenorea), jarang terjadi (oligomenorea), terjadinya tidak teratur dan tidak terjadi haid sama sekali (amenorea).

2. Gangguan pendarahan. Gangguan ini terbagi menjadi beberapa macam juga, yaitu: sedikit pendarahan (hipomenorea), banyak pendarahan (hiperme¬norea), pendarahan yang terlalu lama (menoragia) dan pendarahan bercak (spotting). Timbulnya gangguan pendarahan menunjukkan adanya gangguan organik (anatomis) atau gangguan endokronologik (hormonal).
Klasifikasi Gangguan Haid :
Gangguan haid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
A.Ditinjau dari banyaknya darah yang keluar:
1. Normal (2-5 pembalut per hari)
2. Hipermenorea/pendarahan banyak (>5 pembalut per hari)
3. Hipomenorea/pendarahan sedikit (< 2 pembalut per hari) 4. Spotting (bercak) B. Ditinjau dari lamanya pendarahan: 1. Normal (selama 3-6 hari) 2. Menoragia (selama > 6 hari)
3. Brakimenorea (selama < 3 hari) 4. Premenstrual spotting 5. Pascamenstrual spotting C. Ditinjau dari siklusnya: 1. Eumenorea/normal (setiap 25-31 hari sekali) 2. Polimenorea/terlalu sering (setiap < 25 hari sekali) 3. Oligomenorea/terlalu jarang (setiap > 31 hari sekali)
4. Amenorea/tidak ada pendarahan
5. Haid tidak teratur/pendarahan interval
6. Spotting pertengahan siklus

D. Pengertian Hipermenorea / Menoragia

Hipermenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah banyak, berlangsung selama 6−7 hari, dan melakukan pergantian pembalut sebanyak 5−6 kali per hari yang setiap pembalutnya basah seluruhnya. kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

E. Penyebab
1. Bisa berupa kelainan pada uterus (rahim), seperti mioma (tumor), uterus hipoplasia, dan lain-lain; atau terdapat infeksi pada genitalia interna (organ reproduksi bagian dalam).
2. Kelainan darah.
3. Gangguan fungsional (ganguan endokrinologik/hormonal).
4. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika
5. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
6. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
7.Hipertensi
8.Dekompensio cordis
9. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
10. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
11. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
• Diagnosis:
Pada setiap wanita yang berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk menyingkirkan adanya keganasan.

F. Pengobatan
Bila dijumpai kelainan organik, tentu dengan sendirinya penyebabnya dapat dihilangkan. Pada kelainan hormonal dapat diberikan beberapa jenis terapi hormon, dan jika memungkinkan bisa dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan PRL.
G. Tindakan Bidan
Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi; KIEM untuk pemeriksaan selanjutnya; Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

Kamis, 05 Mei 2011

PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke 4 disebutkan bahwa pemerintah Indonesia bertekat untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 28 H ayat (1) dalam amandemen Uud 1945 disebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memproleh pelayanan kesehatan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia, hak kesehatan di Indonesia telah diakui secara formal sejak tahun 1960 dengan adanya UU Pokok Kesehatan dan diperbaharui oleh UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang memuat pasal-pasal mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan telah dikembangkan pula Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam sistem tersebut.
Berdasarkan sumber Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau terdapat 7.277 puskesmas di Indonesia. 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap. Jumlah puskesmas pembantu di Indonesia mencapai 21.587 unit, dan puskesmas keliling sebanyak 5.084 unit. Pada tahun 2007 di Kepulauan Riau, jumlah puskesmas mencapai 52 unit, puskesmas keliling darat 75 unit, puskesma keliling laut 24 unit dan puskesmas pembantu 221 unit. Pada tahun 2007 jumlah puskesmas di Tanjungpinang mencapai 4 unit, puskesmas keliling darat 6 unit dan 12 puskesmas pembantu.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul Puskesmas untuk mengetahui tatanan praktek di puskesmas.

2. Tujuan.
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah IKM
• Untuk mengetahui semua tentang dDefinisi, fungsi, sejarah perkembangan, wilayah perkembangan, system regulasi/rujukan, stratifikasi, perencanaan mikro, lokakarya mini puskesmas, supervise dan system pencatatan dalam pelayanan terpadu Puskesmas.















BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan
Pembangunan Kesehatan maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan
Pertanggung jawaban secara keseluruhan ada diDinkes dan sebagian ada di Puskesmas.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004).

B. Fungsi
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
* Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
* Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
* Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
1). Pelayanan kesehatan perorangan
* Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
2). Pelayanan kesehatan masyarakat
* Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

C. Sejarah Perkembangan Puskesmas
Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari didirikannya berbagai institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, serta diselenggarakannya berbagai upaya-upaya kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi lingkungan yang masing-masinh berjalan sendiri-sendiri. Pada pertemuan Bandung Plan (1951) dr. J. Leimena mencetuskan pemikiran mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya tersebut dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien.
Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih berkembang dengan pembentukan team work dan team approach dalam pelayanan kesehatan (1956). Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970. Penggunaan istilah puskesmas pertama kali dimuat pada Master Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun 1969. Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskemas (tipe A, tipe B, tipe C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III tahun 1970 menetapkan hanya ada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok. Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok, bahkan DKI Jakarta mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.
D. Wilayah Perkembangan
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

E. Struktur Organisasi dan tata kerja

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk menetapkan struktur organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di Puskesmas. Pola organisasi puskesmas sebagai berikut :
Kepala
Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan yang menetapkan ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota).
Unit tata usaha
Unit fungsional
Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi dalam unit tata usaha, sebagai berikut :
Unit Perencanaan
Unit Keuangan
Unit Perlengkapan
Unit Umum
Tugas pokok :
1. Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana.
5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. Unit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
9. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.
Hubungan tata kerja puskesmas dalam sistem pemerintahan di Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
- Antara Puskesmas dengan RSU dalam bidang pelayanan medic
- Antara Puskesmas dengan Camat dan Badan Penyantun Puskesmas dalam bidang pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan.

F. Sistim Regulasi / Rujukan
1. Pengertian :
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
2. Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas :
a. Rujukan Medik yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik perorangan yang antara lain meliputi :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan operasi dan lain-lain.
2) Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas yang meliputi :
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium kesehatan, teknologi kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penularan penyakit serta penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan kamtibmas.
3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk.
Jalur Rujukan Kesehatan :
a. Rujukan Pelayanan Medis
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
3) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
4) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium atau fasilitas pelayanan lainnya.
b. Rujukan Pelayanan Kesehatan
1) Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral.
3) Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu menanggulangi, dapat diteruskan ke Provinsi/Pusat.

G. Stratifikasi Puskesmas
1. Pengertian
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah.
2. Tujuan
a. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam rangka mawas diri.
b. Mendapatkan masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang.
c. Mendapatkan informasi tenyang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas sebagai masukan untuk pembinaan lebih lanjut.
3. Pengelompokannya :
• Strata I puskesmas dengan prestasi kerja baik (warna hijau).
• StrataII puskesmas dengan prestasi kerja cukup (warna kuning).
• Strata III puskesmas dengan prestasi kerja kurang (warna merah).
4. Sasarannya :
• Puskesmas tingkat kecamatan.
• Puskesmas tingkat kelurahan (pustu).
• Unit-unit kesehatan lain.
• Pembinaan peran serta masyarakat.



H. Perencanaan Mikro
1. Pengertian
Adalah penyusunan rencana tinkat puskesmas untuk jangka waktu 5tahun dengan segala rincian tiap tahunnya.
2. Tujuan
• Tersusunnya rencana kerja puskesmas selama 5 tahun secara tertulis.
• Tersusunnya rencana kerja puskesmas tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja 5 tahunan.
3. Langkah-langkah penyusunan
a. Mengetahui kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pusat maupun daerah.
b. Pengumpulan data
c. Analisa data
d. Perumusan masalah
e. Penentuan prioritas masalah

I. Lokakarya mini Puskesmas
1. Definisi
Adalah upaya untuk menggalang kerja sama tim untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan dipuskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok puskesmas, sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Tujuan
a. Terlaksananya penggalangan kerjasama tim lintas program dalam rangka pembangunan manajemen sederhana, terutama dalam pembagian tugas dan penbuatan rencana kerja harian.
b. Terlaksananya penanggukangan kerja sama lintas sektoral dalam pembinaan peran serta masyarakat.
c. Terlaksananya kerjasama rapat bulanan dan tribulanan sebagai tindak lanjut penggalangan kerjasama tim puskesmas.

J. Supervisi
a. Definisi
Adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan arahan dan keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta sasaran-sasaran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga mencapai daya guna dan hasil guna.
b. Tujuan
• Terselanggaranya program upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
• Kekeliruan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diluruskan kembali.
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
• Meningkatkan hasil pencapaian pelayanan kesehatan.

K. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
a. Definisi
Adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas meliputi keadaan fisik, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang telah dicapai.
b. Tujuan
• Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
puskesmas secara akurat tepat waktu dan mutahir.
• Terlaksananya pelaporan data secara teratur diberbagai jenjang administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
• Dipergunakan data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diberbagai tingkay administrasi.
c. Pelaporan bulanan
• Rawat jalan dan rawat inap
• Penimbangan
• Kohort ibu dan anak
• Persalinan
• Laboratorium
• Pengamatan penyakit menular
• Imunisasi
• PKM
• Kartu indeks penyakit
• Sensus harian penyakit


d. Pemanfaatan SP2TP
1. Untuk memenuhi administrasi pada jenjang yang lebih tnggi dalam tingkat pembangunan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan.
2. Dimaanfaatkan ppuskesmas untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas melalui :
a. Perencanaan (perencanaan mikro)
b. Penggerakan dan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas)
c. Pengawasan pengendalian.

Kamis, 14 April 2011

10 Manfaat Berhubungan Seksual Bagi Kesehatan


1. Olah raga.
“Kegiatan seks adalah satu bentuk latihan fisik,’ kata Dr. Michael Cirigliano dari University of Pennsylvania School of Medicine. Berhubungan seks tiga kali seminggu membakar sekitar 7.500 kalori dalam setahun, sama dengan berlari sejauh 75 mil.
2. Pernafasan Dalam.
Beradu cinta meningkatkan kadar oksigen dalam sel, membantu organ-organ dan jaringan bekerja secara optimal.
3. Tulang dan Otot yang Kuat.
“Semua kegiatan fisik meningkatkan testosteron,” kata Dr. Karen Donahey, Direktur Program Terapi Seks dan Perkawinan di Northwestern University Medical Center, Chicago. Testosteron dipercaya membantu menguatkan tulang dan otot pria.
4. Kolesterol Lebih Rendah.
Berhubungan seks secara teratur dapat menurunkan kolesterol total dalam tubuh Anda dan meningkatkan keseimbangan rasio kolesterol baik dan jahat.
5. Pereda Nyeri.
“Seks dapat menurunkan tingkat nyeri artritis, nyeri badan dan sakit kepala,” kata Dr. Beverly Whipple, kepala American Association of Sex Educators, Counselors dan Therapists. Hormon yang dikeluarkan selama rangsangan seksual dan orgasme dapat menaikkan ambang nyeri.
6. DHEA Tanpa Suplemen.
DHEA (dehydroepiandrosterone), hormon suplemen anti penuaan yang populer, dikeluarkan secara alami selama berhubungan badan. “Tepat sebelum orgasme dan ejakulasi,” kata Crenshaw, “DHEA melonjak hingga tiga sampai lima kali lipat biasanya.”
7. Perlindungan Prostat.
Para peneliti berkata bahwa gangguan prostat dapat timbul atau memburuk karena tumpukan cairan dalam kelenjar. Ejakulasi teratur akan membuang cairan itu. Tetapi, jangan mengubah frekuensinya secara tiba-tiba karena justru dapat memicu gangguan prostat.
8. Pengurang Stres.
“Seks dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk mengurangi tingkat stres, ” tambah Donahey.
9. Menyatukan Hati.
Sentuhan kasih sayang meningkatkan kadar oxytocin, “hormon penyatu hati.” Oxytocin adalah zat kimia peningkat hasrat yang dikeluarkan pituitari. Pelepasan oxytocin secara teratur dapat mendorong hubungan cinta yang lebih sering.
10. Hormon-hormon Alami.
“Hubungan badan yang teratur dapat meningkatkan kadar estrogen wanita, menjaga jantungnya, dan membuat jaringan vaginanya tetap lentur,” kata Donahey.
Sumber (majalahkesehatan.com)